Kamis, Januari 21, 2010

hi MARSHA ! part 8

Marsha masih termenung beberapa saat . Pikirannya masih melayang , entah kemana . Marsha bingung untuk mengambil keputusan ini .

"Sha , kalau tidak mau dijawab sekarang juga tidak apa apa . aku akan menunggu sampai kau siap . aku akan selalu ada untukmu" Io berlutut dihadapan Marsha yang masih sibuk dengan pikirannya .

"aah , engg tidak bukan seperti itu yang kumaksud .. Io , aah"

"kamu masih bingung untuk menentukannya ?"

Marsha menggerakkan kepalanya , antara menggeleng dan mengangguk . Io tersenyum , paham .

"baiklah kalau kamu memang tidak bisa menjawabnya sekarang . Aku akan menunggu kepastianmu , OK?" Io beranjak dari posisinya , mengacak rambut Marsha dan pamitan . Sebelum Io sempat membawa dirinya keluar kamar Marsha dengan berat hati , Marsha berdiri dan mengejar Io yang masih didepan matanya . Tangan Io dicekal oleh Marsha

"tunggu" Marsha menatap Io penuh harap .

"jawabnya lain kali saja , aku tidak berkeberatan kok lagipula"

"tidak , tidak . tadi aku hanya tidak menyangka kamu memiliki perasaan yang .. sama dengan yang aku rasakan" Marsha menundukkan kepalanya , malu .

"jadi?" Io menggoda Marsha yang kini berubah menjadi seperti tomat merah segar .

"aku..menerimamu menjadi .. kekasihku" Marsha menggigit bibir bawahnya saat mengucapkan kata 'kekasih' .

Io memeluk erat Marsha yang masih tertunduk ,"terimakasih" . Marsha mengangguk dalam pelukan Io dan perlahan - lahan melepaskan pelukan hangat itu .

"tidak perlu berterimakasih , aku yang seharusnya berterimakasih .. kau adalah hadiah terbesar di hari ulang tahunku selama 15 tahun aku berada di dunia ini"

Io tertawa kecil melihat ketulusan yang dipancarkan mata bening Marsha . Tatapan yang menuju langsung pada mata Io , yang tidak akan dilupakan Io sepanjang hidupnya .

"baiklah , kekasihku .. aku harus pergi sekarang , hehe"
Marsha mengangguk sambil tertawa mendengar pernyataan Io yang berlebihan . Io mengecup kening Marsha , mengucapkan selamat ulang tahun sekali lagi lalu kembali pada Angga, Boy , dan Greg yang menonton adegan romantis tadi bersama Koni dan Shamrah di depan kamar Marsha yang masih terbuka pintunya .

"ayo" Io merangkul Angga dan Greg ,sementara Boy berjalan disamping Greg .

"kami duluan ya , Marsha ! juga selamat atas"

"sudah cukup , ayo Boy" Io menyeret Boy .

Koni dan Shamrah merasa geli melihat Io yang malu - malu saat Boy ingin mengucapkan selamat atas hubungannya dengan Marsha .
Setelah mengantar Io dan yang lainnya keluar , Marsha , Shamrah , dan Koni kembali ke kamar Marsha dan menghabiskan cake ulang tahun Marsha .

Tidak terasa hari ulang tahun Marsha sudah hampir selesai . Jam di dinding cafe mewah sebuah hotel menunjukkan pukul sebelas malam lewat empat puluh menit waktu indonesia barat . Ulang tahun Marsha dirayakan oleh keluarganya di cafe ini , yang dipesan khusus untuk hari istimewa Marsha . Seluruh keluarga Marsha berkumpul disana , sepupu sepupu Marsha baik dari Mama maupun Papa berkumpul bersama . Kecuali seseorang yang sangat diharapkan Marsha ada saat itu . Siapa lagi kalau bukan Shin .
"kamu mau minum apalagi , sayang ?" Io menatap Marsha yang daritadi melayangkan pikirannya , entah kemana .

Marsha tersenyum lalu menggeleng . Io juga hadir malam itu sebagai calon dari bagian keluarga besar Marsha . Semua sepupunya kagum melihat Io saat pertama kali digandeng Marsha masuk . Sebenarnya Io tidak begitu tampan , tapi wajahnya menarik untuk dipandang , mudah bersosialisasi , murah senyum , penyayang , mahir bermain gitar pula . Sungguh cowok idaman . Pembawaan Io yang easy going semakin membuat seluruh isi keluarga Marsha jatuh hati , kecuali Marsha . Marsha jatuh hati iya , jatuh cinta juga iya , tapi perasaan Marsha lebih dari ungkapan kata - kata tersebut .

"kamu mahir bermain gitar ya ?" salah seorang sepupu Marsha bertanya kepada Io yang sedang menyeruput minumannya .

"ngg.." Io akhirnya mengangguk malu-malu .

"bisa kamu mainkan satulagu untuk kami?" Mama Marsha menatap penuh harap pada Io yang langsung mengangguk .

Io menjulurkan tangannya kepada Marsha yang langsung menyambut ajakan Io . Io dan Marsha pun maju ke panggung yang ada di restaurant itu . Awalnya , Marsha berfikir bahwa Io akan memainkan lagu Kiss Me . Tapi ternyata tidak setelah pandangannya terpaku pada partitur yang telah dibuka lebar dihadapan Marsha . "YESTERDAY" begitulah judul yang tertulis disana .

"ye..yesterday?"

Io tersenyum dan mengangguk ."kalau kamu tidak tahu lagunya , ikuti saja permainan gitarku . aku yakin kamu pasti bisa"

Petikan gitar mulai terdengar , perlahan - lahan mulut Marsha bergerak menyanyikan lagu yang dipopulerkan oleh band legendaris asal Liverpool itu .

"Yesterday
all my troubles seemed so far away
Now it looks as though
they`re here to stay
Oh I believe in yesterday"

Lagu ini rasanya pernah aku dengar , batin Marsha dalam hati . Tapi dimana ? Sambil terus mengikuti lirik lagu itu Marsha kembali mengingat dimana dia pertama kali mendengar lagu The Beatles itu , tepatnya petikan gitar yang memainkan lagu Yesterday yang kini didendangkannya .

"Yesterday
Love was such an easy game to play
Now I need a place to hide away
Oh, I believe in yesterday
Mm mm mm mm mm mm mm............"

Marsha mengakhiri lagu Yesterday itu dengan penuh penghayatan . Matanya yang daritadi terpejam -kebiasaanya jika sedang menyanyi- kembali terbuka begitu terdengar tepukan tangan dari seluruh keluarga , pelayan , dan semua orang yang ada di ruangan itu .

Tempat les musik ! Ya , disitulah pertama kali Marsha mendengar petikan gitar yang memainkan lagu ini . Dibalik pintu putih berposter band barat yang tidak lain adalah The Beatles , sebenarnya siapa yang ada di balik pintu putih itu ?

Marsha menyusuri seisi toko buku Gramedia seorang diri . Dirinya tengah asik membongkar satu persatu buku - buku lagu yang dijual disana . Matanya terpaku pada buku bercover abu - abu . Buku yang selama satu setengah jam dicarinya ! Marsha hampir berteriak gembira saat menemukannya setelah dia sadar dirinya berada ditempat umum . Tangan Marsha beradu dengan lengan panjang yang lentik , si pemilik lengan ini juga ingin mengambil buku tersebut . Marsha menatap perempuan dihadapannya , sepertinya ia sebaya dengan perempuan ini , atau paling tidak usia mereka tidak terpaut jauh .

"ngg , kamu saja" perempuan itu tersenyum kaku pada Marsha yang masih bengong menatapnya .

"aah , ti..tidak , kamu saja" sejujurnya Marsha berat untuk mengatakan hal itu . Bayangkan saja dirinya sudah terperangkap di toko buku ini selama hampir 2 jam tapi akhirnya dia harus merelakan buku yang tinggal satu ini untuk perempuan yang baru saja ditemuinya ?

"bagaimana kalau kita berbagi saja?" perempuan itu tersenyum sambil mengulurkan buku lagu The Beatles itu didepan mata Marsha .

Gila apa perempuan ini ? Bagaimana caranya mereka berbagi , saling kenal saja tidak ! Bahkan Marsha tidak tahu siapa namanya .

Perempuan itu tersenyum menanggapi kelinglungan Marsha , lalu dia mengulurkan tangan kanannya yang tidak memegang buku tersebut "Aileen"

"Marsha" tangan Marsha menyambut uluran tangan Aileen .

"kamu murid baru di sanggar kan ?"

Sanggar ? Tempat les musik Marsha maksudnya ?

"mm .. iya" akhirnya Marsha mengangguk mengiyakan pertanyaan Aileen .

"aku pernah melihatmu"

Kapan ya dia melihatku ? Marsha menggumam pada dirinya sendiri .
"maaf?"

"aah , tidak.. tadi aku,berbicara pada diriku sendiri..kapan kamu melihatku?"

"oh itu , hahahhaha kamu pasti bingung ya ? aku memang tidak begitu senang bergaul dengan yang lainnya seperti Io dan tiga teman lainnya , jadi mungkin kamu tidak pernah melihatku"

"ah ya , aku memang tidak pernah melihatmu , ngg .. Aileen"

Aileen tersenyum melihat karaguan Marsha menyebut namanya . Apa mungkin Io pernah menceritakan tentang dirinya pada penghuni baru ini ? Aku rasa tidak . Io bukan tipe yang seperti itu . Aileen kembali tersenyum ,"jadi maukah kamu untuk berbagi buku ini denganku?"

Marsha tersenyum dan mengikuti Aileen yang sudah berjalan ke kasir terlebih dahulu .
"terimakasih , adik" mbak penjaga kasir menyerahkan barang belanjaan Marsha dan Aileen .

"baiklah , kamu bawa saja dulu . Aku duluan ya" Aileen menyerahkan bungkusan itu dan berjalan keluar toko . Padahal Marsha belum memberikan uang kepada Aileen untuk membayar setengah buku itu . Aneh .


so, are you all already bored with this story ? or maybe dying ? so, read next part , part 9 , and it will be a fun story like part 1 one.

Tidak ada komentar: