Kamis, Januari 21, 2010

hi MARSHA ! part 8

Marsha masih termenung beberapa saat . Pikirannya masih melayang , entah kemana . Marsha bingung untuk mengambil keputusan ini .

"Sha , kalau tidak mau dijawab sekarang juga tidak apa apa . aku akan menunggu sampai kau siap . aku akan selalu ada untukmu" Io berlutut dihadapan Marsha yang masih sibuk dengan pikirannya .

"aah , engg tidak bukan seperti itu yang kumaksud .. Io , aah"

"kamu masih bingung untuk menentukannya ?"

Marsha menggerakkan kepalanya , antara menggeleng dan mengangguk . Io tersenyum , paham .

"baiklah kalau kamu memang tidak bisa menjawabnya sekarang . Aku akan menunggu kepastianmu , OK?" Io beranjak dari posisinya , mengacak rambut Marsha dan pamitan . Sebelum Io sempat membawa dirinya keluar kamar Marsha dengan berat hati , Marsha berdiri dan mengejar Io yang masih didepan matanya . Tangan Io dicekal oleh Marsha

"tunggu" Marsha menatap Io penuh harap .

"jawabnya lain kali saja , aku tidak berkeberatan kok lagipula"

"tidak , tidak . tadi aku hanya tidak menyangka kamu memiliki perasaan yang .. sama dengan yang aku rasakan" Marsha menundukkan kepalanya , malu .

"jadi?" Io menggoda Marsha yang kini berubah menjadi seperti tomat merah segar .

"aku..menerimamu menjadi .. kekasihku" Marsha menggigit bibir bawahnya saat mengucapkan kata 'kekasih' .

Io memeluk erat Marsha yang masih tertunduk ,"terimakasih" . Marsha mengangguk dalam pelukan Io dan perlahan - lahan melepaskan pelukan hangat itu .

"tidak perlu berterimakasih , aku yang seharusnya berterimakasih .. kau adalah hadiah terbesar di hari ulang tahunku selama 15 tahun aku berada di dunia ini"

Io tertawa kecil melihat ketulusan yang dipancarkan mata bening Marsha . Tatapan yang menuju langsung pada mata Io , yang tidak akan dilupakan Io sepanjang hidupnya .

"baiklah , kekasihku .. aku harus pergi sekarang , hehe"
Marsha mengangguk sambil tertawa mendengar pernyataan Io yang berlebihan . Io mengecup kening Marsha , mengucapkan selamat ulang tahun sekali lagi lalu kembali pada Angga, Boy , dan Greg yang menonton adegan romantis tadi bersama Koni dan Shamrah di depan kamar Marsha yang masih terbuka pintunya .

"ayo" Io merangkul Angga dan Greg ,sementara Boy berjalan disamping Greg .

"kami duluan ya , Marsha ! juga selamat atas"

"sudah cukup , ayo Boy" Io menyeret Boy .

Koni dan Shamrah merasa geli melihat Io yang malu - malu saat Boy ingin mengucapkan selamat atas hubungannya dengan Marsha .
Setelah mengantar Io dan yang lainnya keluar , Marsha , Shamrah , dan Koni kembali ke kamar Marsha dan menghabiskan cake ulang tahun Marsha .

Tidak terasa hari ulang tahun Marsha sudah hampir selesai . Jam di dinding cafe mewah sebuah hotel menunjukkan pukul sebelas malam lewat empat puluh menit waktu indonesia barat . Ulang tahun Marsha dirayakan oleh keluarganya di cafe ini , yang dipesan khusus untuk hari istimewa Marsha . Seluruh keluarga Marsha berkumpul disana , sepupu sepupu Marsha baik dari Mama maupun Papa berkumpul bersama . Kecuali seseorang yang sangat diharapkan Marsha ada saat itu . Siapa lagi kalau bukan Shin .
"kamu mau minum apalagi , sayang ?" Io menatap Marsha yang daritadi melayangkan pikirannya , entah kemana .

Marsha tersenyum lalu menggeleng . Io juga hadir malam itu sebagai calon dari bagian keluarga besar Marsha . Semua sepupunya kagum melihat Io saat pertama kali digandeng Marsha masuk . Sebenarnya Io tidak begitu tampan , tapi wajahnya menarik untuk dipandang , mudah bersosialisasi , murah senyum , penyayang , mahir bermain gitar pula . Sungguh cowok idaman . Pembawaan Io yang easy going semakin membuat seluruh isi keluarga Marsha jatuh hati , kecuali Marsha . Marsha jatuh hati iya , jatuh cinta juga iya , tapi perasaan Marsha lebih dari ungkapan kata - kata tersebut .

"kamu mahir bermain gitar ya ?" salah seorang sepupu Marsha bertanya kepada Io yang sedang menyeruput minumannya .

"ngg.." Io akhirnya mengangguk malu-malu .

"bisa kamu mainkan satulagu untuk kami?" Mama Marsha menatap penuh harap pada Io yang langsung mengangguk .

Io menjulurkan tangannya kepada Marsha yang langsung menyambut ajakan Io . Io dan Marsha pun maju ke panggung yang ada di restaurant itu . Awalnya , Marsha berfikir bahwa Io akan memainkan lagu Kiss Me . Tapi ternyata tidak setelah pandangannya terpaku pada partitur yang telah dibuka lebar dihadapan Marsha . "YESTERDAY" begitulah judul yang tertulis disana .

"ye..yesterday?"

Io tersenyum dan mengangguk ."kalau kamu tidak tahu lagunya , ikuti saja permainan gitarku . aku yakin kamu pasti bisa"

Petikan gitar mulai terdengar , perlahan - lahan mulut Marsha bergerak menyanyikan lagu yang dipopulerkan oleh band legendaris asal Liverpool itu .

"Yesterday
all my troubles seemed so far away
Now it looks as though
they`re here to stay
Oh I believe in yesterday"

Lagu ini rasanya pernah aku dengar , batin Marsha dalam hati . Tapi dimana ? Sambil terus mengikuti lirik lagu itu Marsha kembali mengingat dimana dia pertama kali mendengar lagu The Beatles itu , tepatnya petikan gitar yang memainkan lagu Yesterday yang kini didendangkannya .

"Yesterday
Love was such an easy game to play
Now I need a place to hide away
Oh, I believe in yesterday
Mm mm mm mm mm mm mm............"

Marsha mengakhiri lagu Yesterday itu dengan penuh penghayatan . Matanya yang daritadi terpejam -kebiasaanya jika sedang menyanyi- kembali terbuka begitu terdengar tepukan tangan dari seluruh keluarga , pelayan , dan semua orang yang ada di ruangan itu .

Tempat les musik ! Ya , disitulah pertama kali Marsha mendengar petikan gitar yang memainkan lagu ini . Dibalik pintu putih berposter band barat yang tidak lain adalah The Beatles , sebenarnya siapa yang ada di balik pintu putih itu ?

Marsha menyusuri seisi toko buku Gramedia seorang diri . Dirinya tengah asik membongkar satu persatu buku - buku lagu yang dijual disana . Matanya terpaku pada buku bercover abu - abu . Buku yang selama satu setengah jam dicarinya ! Marsha hampir berteriak gembira saat menemukannya setelah dia sadar dirinya berada ditempat umum . Tangan Marsha beradu dengan lengan panjang yang lentik , si pemilik lengan ini juga ingin mengambil buku tersebut . Marsha menatap perempuan dihadapannya , sepertinya ia sebaya dengan perempuan ini , atau paling tidak usia mereka tidak terpaut jauh .

"ngg , kamu saja" perempuan itu tersenyum kaku pada Marsha yang masih bengong menatapnya .

"aah , ti..tidak , kamu saja" sejujurnya Marsha berat untuk mengatakan hal itu . Bayangkan saja dirinya sudah terperangkap di toko buku ini selama hampir 2 jam tapi akhirnya dia harus merelakan buku yang tinggal satu ini untuk perempuan yang baru saja ditemuinya ?

"bagaimana kalau kita berbagi saja?" perempuan itu tersenyum sambil mengulurkan buku lagu The Beatles itu didepan mata Marsha .

Gila apa perempuan ini ? Bagaimana caranya mereka berbagi , saling kenal saja tidak ! Bahkan Marsha tidak tahu siapa namanya .

Perempuan itu tersenyum menanggapi kelinglungan Marsha , lalu dia mengulurkan tangan kanannya yang tidak memegang buku tersebut "Aileen"

"Marsha" tangan Marsha menyambut uluran tangan Aileen .

"kamu murid baru di sanggar kan ?"

Sanggar ? Tempat les musik Marsha maksudnya ?

"mm .. iya" akhirnya Marsha mengangguk mengiyakan pertanyaan Aileen .

"aku pernah melihatmu"

Kapan ya dia melihatku ? Marsha menggumam pada dirinya sendiri .
"maaf?"

"aah , tidak.. tadi aku,berbicara pada diriku sendiri..kapan kamu melihatku?"

"oh itu , hahahhaha kamu pasti bingung ya ? aku memang tidak begitu senang bergaul dengan yang lainnya seperti Io dan tiga teman lainnya , jadi mungkin kamu tidak pernah melihatku"

"ah ya , aku memang tidak pernah melihatmu , ngg .. Aileen"

Aileen tersenyum melihat karaguan Marsha menyebut namanya . Apa mungkin Io pernah menceritakan tentang dirinya pada penghuni baru ini ? Aku rasa tidak . Io bukan tipe yang seperti itu . Aileen kembali tersenyum ,"jadi maukah kamu untuk berbagi buku ini denganku?"

Marsha tersenyum dan mengikuti Aileen yang sudah berjalan ke kasir terlebih dahulu .
"terimakasih , adik" mbak penjaga kasir menyerahkan barang belanjaan Marsha dan Aileen .

"baiklah , kamu bawa saja dulu . Aku duluan ya" Aileen menyerahkan bungkusan itu dan berjalan keluar toko . Padahal Marsha belum memberikan uang kepada Aileen untuk membayar setengah buku itu . Aneh .


so, are you all already bored with this story ? or maybe dying ? so, read next part , part 9 , and it will be a fun story like part 1 one.

Rabu, Januari 20, 2010

hi MARSHA ! part 7

Sosok itu membentuk siluet seseorang yang sangat dikenal Marsha seumur hidupnya .

Siapa lagi kalau bukan Shin . Osawa Shin , kapan dia kembali dari negara
kelahirannya , negara sakura ? Marsha tidak pernah tahu hingga dia menatap punggung Shin . Shin sedang duduk membelakanginya sambil memeluk gitar yang dibelinya di Indonesia beberapa tahun silam . Marsha berjalan , semakin dekat dirinya dengan Shin petikan gitar Shin yang memainkan lagu Kiss Me semakin terdengar . Anehnya , Shin tidak melantunkan lagu itu seperti yang biasa dilakukannya dulu . Sekarang posisi Marsha dengan Shin tidak terpaut jauh , jantung Marsha berdegup kencang saat dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh pundak lebar milik Shin yang sedikit bergerak karena Shin masih sibuk memetik gitar . Sangat aneh bagi Marsha setelah bertahun - tahun tidak bertemu , bahkan berkomunikasipun tidak pernah dan sekarang dia berada di jarak sedekat itu . Akhirnya tangan Marsha berhasil menyentuh pundak lebar itu , dan Marsha pun terbangun dari tidurnya . Marsha mengerjap - ngerjapkan mata membiasakan matanya dengan keadaan kamar yang gelap , hanya disinari terang bulan purnama . Hujan masih turun dengan lebatnya . Jadi Shin , gitar Shin , pundak yang lebar , serta lagu Kiss Me khas Shin .. semua itu hanya mimpi ?

Marsha membenamkan wajahnya ditengah tengah bantalnya yang empuk , meneteskan air mata yang sedaritadi ditahannya . Marsha sungguh merindukan Shin .. "maaf Shin aku mengingkari janji kita" Marsha kembali terisak , rasanya Marsha tidak ingin membuka matanya lagi . Jika itu dapat membuatnya terus berada di dalam mimpi tadi , bersama seseorang yang disayanginya , Shin ..

Dengan matanya yang sembab , Marsha melihat jendela besar dihadapannya . Menatap hujan yang setia menunggu Marsha hingga bangun dari tidurnya dan menangis . Hujan semakin deras , seakan marah pada Marsha yang menangis . Menangisi hal yang tidak penting .

Shin menoleh dan mendapati Marsha sedang menatap punggungnya , ya punggungnya , bukan dirinya . Perlahan - lahan Marsha mengangkat kepalanya dan tersenyum melihat orang yang ditunggunya selama bertahun tahun kini ada dihadapannya . Suatu hal yang menggembirakan bagi Marsha . Shin menepuk sebelah pahanya dan tersenyum pada Marsha

Marsha mengangguk senang , kebiasaan Shin jika Shin ingin memainkan sebuah lagu untuk Marsha .

"kamu tambah berat , haha" Shin tertawa kecil saat memeluk pinggang Marsha yang duduk dipangkuannya . Lengan Shin melingkari tubuh Marsha , jemarinya meraih senar - senar gitar dan mulai memetiknya . Lagu Kiss Me mengalun lembut dan indah ,pembawaannya lebih ceria dibandingkan Kiss Me yang dimainkan Marsha tadi siang di tempat les musik . Marsha hanyut dalam diam . Diruangan kosong yang hening ini hanya terdengar petikan gitar dan suara serak Shin yang melantunkan lagu Kiss Me , khusus untuk Marsha . Beberapa saat kemudian , seluruh suasana berubah . Petikan gitar tetap terdengar , hanya saja melantunkan lagu yang lain . Suara Shin yang serak kini berganti menjadi beberapa suara cempreng . Ruangan kosong itu juga berubah menjadi .. kamar ?

Ya ampun ! ini sudah pagi ? mata Marsha berakomodasi dengan keadaan sekitar .
"Selamat ulang tahun sayang" Mama mengecup kening Marsha . Dibelakang Mama masih terdengar suara suara cempreng yang menyanyikan lagu Happy Birthday . Mama menggeser tubuhnya dan kini Marsha bisa melihat enam orang yang dikenalnya berdiri sambil menghabiskan lagu Happy Birthday dan meringis lalu mengulurkan sebuah cake bertuliskan 'Happy Birthday Marsha !'

Marsha tersenyum lemah , tapi senang . Dia benar - benar lupa hari ini adalah hari yang penting . Hari ulang tahunnya yang ke - 15 .

"terimakasih teman - teman" Marsha meniup ke - 15 lilin yang berdiri di atas cake coklat yang dipegang Koni dan Shamrah .

Marsha menatap gitar dipelukkan Io yang dipakainya untuk mengiringi lagu Happy Birthday tadi . Gitar itu terlihat masih baru .

Io tersenyum dan menyerahkan gitar itu pada Marsha , "mainkan satu lagu" pintanya . Marsha menurut , dia meraih gitar itu dan mulai memainkan Kiss Me . Kiss Me yang dibencinya , karena dimainkannya dengan nada juga ekspresi sedih . Marsha kembali teringat mimpinya yang berlanjut . Sungguh indah , itukah hadiah ulang tahun Shin untuknya ? Disampaikan lewat mimpi , tapi terasa begitu nyata . Pelukkannya , tawanya , suara seraknya , juga Kiss Me yang berbeda dengan yang sekarang dimainkan Marsha . Semua itu sangat nyata dan masih sangat segar dipikiran Marsha . Tepukkan tangan dari teman - teman dan orangtuanya menyadarkan Marsha dari lamunannya . Marsha tidak sadar dirinya telah menyelesaikan Kiss Me beberapa detik yang lalu .
"itu hadiah dari orangtuamu , Marsha"

Marsha menatap Boy bingung .

"gitar itu , dari kami" Papa maju memeluk dan mengecup kening Marsha .

"aah , terimakasih Pa , Ma .. terimakasih juga kalian datang kesini untuk merayakan ulang tahunku , terimakasih banyak . ah ya , juga cake nya !"

"cake itu hasil patungan kami , hehe" Marsha tertawa kecil melihat Angga yang dengan polos mengatakan hal itu .

"terima kasih banyak ya , aku sayang kalian semua" Marsha menatap orang - orang dihadapannya , dan berhenti pada Io yang tersenyum pada Marsha .

"itu belum semua Sha..ada lagi hadiah untuk kamu" Io menatap langsung ke mata Marsha yang mencari - cari hadiah yang dimaksudkan Io .

"kamu tidak perlu mencari kemana-mana , hadiahmu sudah didepan mata.."
Marsha hanya menatap Io , bingung .

"ya , akulah hadiahmu .. aku sayang sama kamu , lebih dari teman . apa kamu bersedia , menjadi kekasihku ?"

Marsha terpaku mendengar pengakuan Io . Marsha memang kagum , suka sama Io saat melihatnya ditempat les pertama kali . Tapi Marsha tidak yakin apakah dia benar - benar sayang dengan Io atau tidak . Marsha takut perasaannya ini hanya untuk sementara , dia tidak ingin menyakiti Io . Tapi Marsha juga tidak ingin kehilangan Io .. Sungguh egois memang memiliki perasaan ini . Lalu apa yang harus Marsha lakukan ? Menolaknya ? ataukah menerima Io sebagai kekasihnya ?

to be continued .. to part 8 :)

*koni nya ilang kena ia ? mau tahu ia kemaan ?? wait till next part

hi MARSHA ! part 6

Terdengar pintu dibanting sesaat setelah Io menepukkan tangannya tanda mereka akan mulai berlatih . Pandangan Marsha dan yang lainnya langsung tertuju pada pintu putih berposter itu .

"biarkanlah ayo kita latihan.." Io langsung mengalihkan perhatian mereka , terutama Marsha yang masih baru disini dan belum mengetahui apa apa .
Beberapa menit kemudian canda tawa mereka kembali terdengar mengiringi permainan gitar mereka , Marsha masih harus banyak belajar untuk menyamai level Angga , Greg , dan terutama Boy yang jauh lebih fasih bermain dibanding Marsha , Angga , dan Greg . Tapi Boy tetap santai dan tidak protes berada di level yang hampir sama dengan yang lain , padahal dengan kemahirannya Boy mungkin bisa berada 2 level di atas Angga , Greg , juga Marsha
.
Setengah jam sudah mereka lewati dengan penuh keceriaan .

"Sha , kamu punya lagu kesukaan ?" Io menatap Marsha penasaran .

"mmh , ada sih .. lagu yang sering dimainkan sepupuku dulu ketika dia masih di Indonesia"

Boy , Greg , dan Angga menatap Marsha dengan penuh tanya . Marsha yang ditatap begitu segera salah tingkah .

"apa judulnya ? apa kamu butuh partitur untuk memainkannya ?" Io mengajukan pertanyaan agar Marsha tidak perlu menjelaskan apa yang dikatakannya tadi . Sepertinya Marsha tidak ingin banyak orang yang tahu tentang sepupunya yang pernah diceritakan pada Io saat mereka pertama kali bertemu .
"ga perlu partiturnya kok , aku sudah hafal lagu yang satu itu . Soalnya aku pernah berguru dengan sepupu yang aku bilang tadi" Marsha tersenyum senang saat Boy menyodorkan gitar ke hadapannya . "coba kamu mainkan , kami mau dengar" Angga dan Greg juga Io mengangguk setuju .

Marsha meraih gitar itu dan mulai memetik senarnya perlahan , dia masih ingat betul bagaimana Shin mengajarinya memainkan lagu ini sampai Marsha tertidur pulas mendengar petikan gitar Shin yang begitu lembut dan indah hingga membuat Marsha terbawa ke alam mimpi , ke alam yang tidak ingin ditinggalkannya saat itu . Ya , Osawa Shin .. aku merindukanmu . Marsha mengakhiri permainan gitarnya dengan cantik dan kembali membuka matanya yang dari tadi terpejam , membayangkan garis wajah Shin dengan jelas .

Io yang pertama kali bertepuk tangan dengan bangga diikuti Greg , Angga , dan Boy .
"keren ! Kiss Me yang berbeda !" Boy masih bengong melihat permainan Marsha tadi yang begitu menghayati .
"terimakasih" Marsha tersenyum samar . Dia kembali teringat wajah Shin yang tidak pernah dilupakannya . Entah bagaimana kabarnya sekarang . Marsha sungguh merindukan kehadiran Shin terutama saat Marsha memetik senar - senar gitar , memainkan lagu yang dulu sering dimainkan Shin untuknya . Hanya saja lagu itu dibawakan dengan sedikit nada yang lebih sedih oleh Marsha tadi .

"kamu ikut kan Sha ?" pertanyaan Boy membuyarkan lamunan Marsha tentang Shin .

"hah ? ikut ? ikut kemana ?" Marsha terlihat bingung saat Boy mengajukan pertanyaan yang tidak dipahaminya .

"kita kan sudah selesai latihan , bagaimana kalau kamu ikut kami ke cafe depan ?" Io menjelaskan maksud pertanyaan Boy tadi .

Marsha menggeleng lemah , "tidak , maaf mungkin lain kali aja"

"hahahaha tidak perlu minta maaf , kalau kamu mau ikut kami kemanapun kami pergi katakan saja" Greg berdiri dan tersenyum pada Marsha yang balas tersenyum dan mengangguk .

"yasudah , kami duluan ya Sha" Boy ikut melangkah keluar bersama Angga dan Greg . Tinggal Marsha dan Io di ruangan itu .

"kamu .. tidak ikut ke cafe ?" Marsha bertanya bingung pada Io yang masih pada posisinya semula .

"ada yang lebih membutuhkan kehadiranku di sini kan ?" senyum Io meluluhkan hati Marsha yang langsung tersenyum mendengar pernyataan Io itu .
"kamu ikut ke cafe aja , bukannya aku mengusir kamu .. aku juga mau keluar kok .. ayo ?"
Io ikut berdiri dan keluar dari ruangan bersama dengan Marsha .

"ngg , Sha kamu .."
"aku mau pulang , kamu ke cafe saja . aku tidak akan kenapa - napa kok"

"tapi sahabat kamu belum selesai , tidak sebaiknya kamu ikut ke cafe untuk menunggu mereka ?"

Marsha mempertimbangkan ajakan Io dan kemudiandia mengangguk . Ketika mereka sampai di cafe , Boy dan kawan kawan terlihat sedang asyik meneguk minuman masing - masing .
"kamu mau pesan apa?"

"ahh .. tidak usah"

"tidak apa - apa , aku yang akan mentraktir kamu"
"sebagai bayaran dari Kiss Me tadi" Io cepat - cepat menambahkan , takut menyinggung perasaan Marsha .
Akhirnya Marsha mengangguk sambil menunjuk hot chocolate pada daftar menu .

"hot chocolate satu, dan capuccino blend satu" Io menyebutkan pesanan dirinya dan Marsha .

"capuccino blend ?" Marsha menatap Io tidak percaya . Io yang bingung mengangguk , "memangnya kenapa ? ada yang anehkah ?"

Marsha tertawa kecil sambil menggeleng , "tidak,hanya..dingin"

Io semakin dibuat bingung oleh jawaban Marsha .
"haha tidak perlu dipikirkan .. itu pesanan kita sudah jadi" Marsha meraih hot chocolatenya dan berjalan ke arah meja yang terdapat teman - teman barunya .
"ikut juga kamu akhirnya" Angga tersenyum saat Marsha dan Io duduk dengan pesanan ditangan masing - masing .

"iya , kedua sahabatku belum selesai les" Marsha mulai menyeruput hot chocolatenya sambil memperhatikan jari telunjuknya yang sedikit terluka . Mungkin terluka saat memainkan Kiss Me tadi.

Tiba - tiba terdengar suara gemericik air dijendela sebelah mereka . Ternyata hujan . Marsha tersenyum memandang hujan melalui jendela disebelahnya .

"its starting sprinkle .." gumam Marsha yang masih terus memandang hujan yang rintik - rintik itu .

Io ikut menatap paham jendela yang kini sudah basah dan berembun . Ternyata ini maksud perkataan Marsha tadi . Ini yang membuat Marsha bingung saat Io memesan capuccino blend yang dingin , sama seperti hujan yang sekarang turun ?
Bukan hujan atau capuccino blend digenggamannya yang membuat Io bingung dan penasaran melainkan Marsha . Bagaimana cewek itu bisa tahu akan terjadi hujan ?
"wah hujan .. padahal tadi matahari terik banget !" Greg yang juga berada disebelah jendela ikut - ikutan menatap hujan yang kini semakin deras .
Marsha tersenyum melihat keheranan Greg . Lagu jazz mengalun pelan dari saku celana Marsha . Marsha mengalihkan pandangannya dari hujan yang dari tadi ditatapnya dengan saksama ke hp yang kini mengalunkan instrumen jazz favoritnya . "halo?" hanya beberapa detik Marsha berbicara ditelepon hingga akhirnya dia mengatakan "OK" dan kembali mengantungkan hpnya ke saku celana .

"sahabatku sudah menunggu di depan , aku pulang dulu ya teman - teman terimaksih untuk hari ini . sampai jumpa besok !" hot chocolate diseruputnya hingga tandas lalu Marsha segera berjalan keluar cafe masih dengan tangan melambai kepada teman - teman barunya .

Koni menjentikkan jarinya saat Marsha berlari - lari kecil ke arah dirinya dan Shamrah .

"maaf . sudah lama menunggu?"

Shamrah menggeleng "kami baru saja keluar , bagaimana latihanmu ?"

"baik dan menyenangkan , kalian ?"

"sama , kau tahu ?" Koni menuturkan cerita berjudul 2 jam bersama Ibu Etut hingga mereka harus berpisah seperti biasa .

"lari Koni ! ahhahahahaha" Marsha dan Shamrah tertawa melihat Koni berlari secepat mungkin sambil berusaha memayungi dirinya dari hujan yang semakin deras dengan tas parasutnya .

Marsha dan Shamrah kembali berjalan sampai tiba saatnya bagi Marsha untuk berlari kerumah menghindari hujan yang semakin menggila , hanya Shamrah yang berjalan dengan tenang karena dialah yang rajin membawa payung dari rumah .

Setelah mandi dan beres - beres Marsha tengkurap diatas kasurnya yang menghadap ke jendela besar dikamarnya yang sekarang sedang mempertontonkan hujan yang berlomba . Rasa tenang dan nyaman menjalari tubuh Marsha yang mulai memejamkan matanya dan membawa serta hujan itu ke dalam imajinasi yang membentuk mimpi .

to be continued .. to part 7 :)

Minggu, Januari 17, 2010

hi MARSHA ! part 5

Marsha berteriak histeris begitu melihat pemandangan dihadapannya . Pagi - pagi gini biasanya belum banyak anak yang datang , ini pun Marsha terpaksa harus berangkat pagi - pagi karena dia pergi sama Mama yang juga harus berangkat kerja . Marsha pikir dia akan menjadi murid pertama yang datang ke sekolah , tapi ternyata dia salah setelah melihat ada sesosok makhluk teronggok di pojokkan kelas .

"Sham..tumben banget kamu.. HUAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA !!!!!!" belum sempat Marsha melanjutkan kalimatnya , dia berteriak saat Shamrah mengangkat wajahnya . Wajah lelah itu menampakan lingkaran hitam besar dibawah matanya , terlihat habis menguras kantung air mata semalaman . Ditambah pula dengan rambut Shamrah yang acak -acakkan . Benar - benar HORROR .

"duduk sini Sha.." Shamrah menepuk bangku kosong disebelahnya . Marsha pun menurut dan duduk dengan ragu disamping sahabatnya yang kini berubah menjadi sosok yang begitu horror . Entah apa yang membuatnya seperti itu . Masalah cowok ga mungkin , Shamrah tidak begitu peduli dengan makhluk berspesies COWOK . Apa mungkin masalah nilai ? tidak , tidak mungkin .. nilai - nilai Shamrah hampir tidak ada yang dibawah 80 .

"Marshaaaaaaaaaaaaaaaaaaa .. huhu .. hiks .. aku sedih banget Sha .. ga nyangka Mama aku segitunya .. TEGAA ..hiks hiks" Shamrah terisak sambil memeluk sebelah lengan Marsha .

"Marsha ? Shamrah ? kenapaa ??" Koni yang baru saja datang langsung menaruh tas di atas meja dan menatap Shamrah yang tamapk cukup menyeramkan .
"tidak tau nih Kon..Shamrah bilang Mamanya tega , aku juga tidak tau kenapa .. dia belum sempat cerita"

"kenapa Sham ?"

"hamster aku dikubur ditanah sama Mama .. hiks"
"HAH ?! kok bisa?"

"iya , pulang dari tempat les kemarin malam hamsterku yang bulet tidur terus ga bangun - bangun .. hiks .. pagi tadi Mama kuburin hamster itu , padahal itu kan hamster kesayanganku"

"Sham .. itu namanya MATI" Koni menekankan kata MATI dengan kesal .

"hahaha Sham .. semua didunia ini bakalan mati ! ini dunia fana Sham , hamstermu pasti bahagia di alam sana .. aku kira kamu kenapa sampai horror begini .. sudah aah cukup nangisnya"

"iya Sham , aneh kamu .. kalau begini caranya kamu mempermalukan diri sendiri , tau ?"
Shamrah mengangguk dan menundukkan kepalanya , tidur .
"aneh .. hahaha mendingan kita jalan jalan di depan kelas aja tinggalin aj Si Shamrah yang sedang gila ini sendirian" Marsha menarik Koni keluar kelas .

Bel pulang sekolah berbunyi tepat pukul 12.50
"hari pertama kita les ! yeay !" wajah Marsha berseri - seri senang .
"lesnya apa Io nya?" Koni menggoda Marsha yang sekarang sudah bersemangat menarik - narik Shamrah yang seperti tidak niat hidup .
"duaduanya ! hehe ayo .. cepet !"
Akhirnya Koni dan Shamrah berjalan dibelakang Marsha yang sudah sangat semangat .

"eh , hai Marsha .. kita hari ini mulai les ya?" sapa Io saat melihat ketiga sahabat itu masuk ke tempat les .
"hmm OK . tapi kedua sahabat aku ?"
"tenang..tuh Bu Etut sudah muncul..ayo kita ke ruangan"
Marsha berjalan riang disamping Io . Begitu sampai didepan pintu putih yang tertempel poster gitaris salah satu bend barat Marsha tertegun mendengar permainan gitar yang begitu indah .

"masuk Sha .." Io menarik Marsha ke sebuah ruangan yang cukup lapang . Ruangan itu berada tepat diseberang ruangan berpintu putih dengan poster gitaris band barat tadi . Diruangan besar itu hanya terdapat tiga orang cowok yang sedang bermain gitar . Salah satu diantara mereka yang memakai kaus abu abu terlihat lebih pandai bermain gitar . Karena cowok berkaus abu abu itu sedang mengatur letak jemari seorang cowok yang duduk disebelahnya .

"ehm..hari ini ada murid baru yang akan berlatih bersama kita..namanya Marsha"

"eh .. hai" Marsha tersenyum kaku , sementara keiga cowok tadi menatapnya .

"hai juga,namaku Gaby..panggil saja Boy . yang pake kaus biru Angga dan yang satu lagi Greg"

"salam kenal !" mereka bertiga meringis kepada Marsha .

"ngg Boy ?"

"haha kamu pasti bingung ya ? dia itu cewek , nama aslinya Gaby .. tapi dia kurang bersyukur udah dilahirkan sebagai cewek . jadi dia ganti nama jadi Boy" cowok bernama Greg itu tertawa saat melihat perubahan ekspresi di wajah Gaby atau Boy..sama sajalah .

"hahaha you're so funny guys.." Marsha tersenyum senang melihat ketiga teman barunya . Lega rasanya diterima dan menerima dilingkungan baru yang sempat ditakutinya , sedikit . Io menyunggingkan senyum disebelah Marsha diikuti acungan jempol . Entah ditujukan pada siapa .
Io menepukkan tangannya tiga kali , "ayo mulai latihan !"
"OK!" Marsha ikut meninjukan tangan ke udara menandakan semangat mereka untuk berlatih .
Sepasang mata menatap iri diluar sana melihat keakraban dan semangat mereka . Pemilik sepasang mata itu bertekad untuk menghancurkan pendatang baru yang menggeser tempatnya diantara Boy , Greg , dan Angga juga Io .

to be continued .. to part 6 :)

Sabtu, Januari 16, 2010

hi MARSHA ! part 4

"udah beres urusan kamu ?" Shamrah menghampiri Marsha yang baru keluar ruangan .
"udah kok ,kalian ?"
"daritadi .. kamu ngapain aja sih lama gitu ?" Koni terlihat tidak sabar .
"sekalian liat - liat ruangan lah , memang kalian tidak penasaran apa ?"
"yasudah , kita pulang yuk sekarang ? hampir jam 6 sore nih .."
Marsha , Shamrah , dan Koni pun pulang setelah pamitan dengan Kak Vani , Ibu Etut , dan Io tentunya .

"kita berpisah di sini ya , bye semua" Koni melambaikan tangan kepada dua sahabatnya . Rumah Koni memang rada jauh dari rumah Shamrah dan Marsha yang berada di satu gang , bersebrangan pula .
"bye Koni" Shamrah dan Marsha membalas lambaian tangan Koni dan kembali berjalan ke gang rumah mereka .
Tidak berapa lama , Marsha dan Shamrah juga saling melambaikan tangan begitu mereka sampai di depan pagar rumah masing - masing .

Marsha berjalan ke arah kamarnya tercinta , melemparkan tas ke atas meja belajar , dan segera mengambil peralatan mandi .
"MARSHAAAAAAA !!!!!!" teriakan Mama menembus telinga Marsha yang sedang asik mengguyur tubuhnya dari ujung kepala hingga kaki dengan air dingin dari shower .
Marsha menyelimuti tubuhnya dengan handuk dan segera melongokkan kepala dari pintu kamar , belum sempat Marsha membalas teriakan sang Mama dia terlonjak kaget melihat Shamrah yang sudah mandi dan ganti baju sekarang berdiri di depan pintu kamarnya .
"ngapain kamu ?"
"bosen di rumah . hehe"
Marsha menutup pintu kamar dan kembali ke kamar mandi untuk ganti baju .
"jadi ?" Marsha keluar dari kamar mandi dengan baju biru kesayangannya .
"ke les musik yuk ?"
"hah ? kita baru dari sana Sham tadi sore , sekarang balik ke sana lagi buat apa ?"
"daripada bosen di rumah"Shamrah membolak balik majalah Go Girl! milik Marsha dengan tekun .
"ada yang salah sama kamu ya , Sham ? kalau kamu memang mau ke sana aku telefon Koni sekarang deh"
"ga , tidak perlu Sha .. kita berdua aja"
Marsha menuruti kata - kata Shamrah , mungkin sahabatnya yang satu ini butuh sedikit ketenangan .
Mereka berdua menyusuri jalan dinaungi langit senja yang mulai menggelap tanda tugas sang mentari akan digantikan oleh bulan yang bersinar indah . Marsha terus mendongak ke atas selama perjalanan , sedangkan Shamrah menunduk menatap aspal yang diinjaknya .

"Sham kita udah sampai" Marsha menepuk pundak Shamrah pelan .
"ah iya"
Marsha bingung menatap tubuh Shamrah yang kini berjalan masuk ke tempat les musik mereka . Padahal sedari tadi kan Marsha yang mendongak , seharusnya Marsha yang disadarkan oleh Shamrah , bukan Shamrah yang disadarkan oleh Marsha dari bengongnya .
Marsha memilih duduk di bangku cafe di depan les daripada membuntuti Shamrah yang sedang linglung .
Marsha tersentak kaget saat Io duduk disebelahnya .
"sedang apa kamu malam - malam begini ke sini ? bukankah tadi sore baru saja dari sini?"
"aku cuma ngikut aja"
"oh ikut teman kamu yang masuk ke dalam tadi ?"
Marsha mengiyakan pertanyaan Io .
"kenapa kamu ga ikut masuk aja?"
Marsha menggeleng pelan dan kembali menatap langit hitam yang cerah .
Io mengikuti arah pandangan Marsha , mencari - cari apa yang menarik perhatian Marsha . "kamu .. suka bulan ?"
"iya .. rasanya tenang kalau menatap benda langit yang indah itu . Dia seperti menyinari kita , padahal sebenarnya tidak . Terlihat kuat padahal di dalamnya rapuh . iya kan ?"
Io menatap Marsha bingung . "Bulan itu terlihat memancarkan sinar padahal dia yang dipancarkan , bukan yang memancarkan .."
Io tersenyum mendengar teori Marsha . Apa mungkin yang dimaksudkan Marsha itu adalah Marsha sendiri ?
"ayo Sha , kita pulang.." suara Shamrah membuyarkan lamunan Io tentang Marsha .
"Io , aku duluan ya .. "
Io mengangguk dan menatap punggung Marsha hingga dia menghilang dari pandangan . Cewek yang unik , satu - satunya cewek yang bisa membuat dia merasakan perasaan yang begitu kuat . Entah apa perasaan itu , yang pasti Io ingin melindungi bulan bernama Marsha itu .

to be continued .. to part 5 :)

Jumat, Januari 15, 2010

hi MARSHA ! part 3

"hahahahhaaha udah ya kak , thanks for the info !"
io berjalan ke pintu les , mengambil motornya dan pergi dengan alesan mau pergi makan mumpung belom ada murid . Sebenernya sih , mau ngehindarin pertanyaan Kak Vani tadi .
"iya , semuanya Kakak serahin ke kamu deh .. jangan - jangan kamu suka sama dia ya ?"
kalimat terakhir itu yang ga ingin dijawabnya . perasaannya saat ini sangat susah dijelaskan .

besoookknyah ..
"hari ini kita harus ngurus administrasi dan kawan kawannya kan ya ?" Shamrah mengaduk - ngaduk isi tasnya , entah mencari apa . Jimat mungkin .
"IYA DOOONG :)" Marsha tersenyum riang saat diingatkan hal tersebut . "jadi ga sabar pulang sekolah , hehehehehe " tambah Marsha lagi .
"huuu dasar aku tau maksudmu ! pasti cowok yang kemaren" Koni mencibir pada Marsha .
"hehe sudah ah tidak perlu dibahas ! yang penting ntar siang ga boleh telat SEDETIK pun !"
Pelajaran hari ini lewat begitu saja , walaupun terasa sangat lama bagi Marsha yang menunggu detik detik ini dari pukul setangah tujuh tadi pagi . Jam dinding di kelas sudah menunjukkan pukul 12.45 , hari semakin siang tidak menurunkan semangat Marsha atau membuat Marsha mengantuk . Sebaliknya , dia merasa bersemangat , SANGAT BERSEMANGAT . 5 menit kemudian , bel berbunyi dengan nyaring yang segera membuat seisi kelas 9X gaduh , terutama Marsha .
"ayo Sham ! Koni ! ayooooo ! kita janjiannya jam 1.15 kan ? ntar telat nih , cepet dong !"
"SANTE dong Sha !"
"hehehehe maklum dong Koni .."
"busyeeeett pada mau kemana sih ? Marsha napsu amat ?" Cilipah , banci 9X menghampiri mereka bertiga yang daritadi ribut .
"dont be kepho ! its not your business ! cabut yukk" Koni menarik tangan Marsha dan Shamrah bersamaan keluar kelas .

Sesampainya mereka di tempat les musik ..
"hai ! Marsha kan ?" bukan Kak Vani yang menyambut mereka , melainkan Io , cowok yang daritadi menuhin otak Marsha .
Marsha hanya bisa mengangguk malu saat berhadapan dengan cowok ini .
"kamu ikut aku ya , kalian tunggu di sini aja .. sebentar lagi Kak Vani datang kok"
"OK" Shamrah dan Koni mengangguk .

"kenapa mau les di sini ?" Io memecahkan keheningan di antara dirinya dan Marsha .
"hmm tertarik aja"
"kenapa milihnya gitar , padahal kedua teman kamu milih keyboard kan ?"
"iya , dari kecil aku memang cinta banget sama alat musik satu itu . dulu aku demen ngeliatin sepupu aku yang cowok main gitar , kadang dia manggung di cafe - cafe . biasanya setiap weekend aku ke cafe tempat dia manggung . tapi sekarang aku udah ga bisa ngelakuin hal kayak gitu lagi .."
"karena itu kamu memutuskan untuk belajar gitar ?"
"iya , hahaha sepupuku itu sudah pergi jauh .. aku sempat kehilangan arah saat dia harus sekolah ke luar negeri yang jauh , karena dari umur aku masih dibawah lima tahun aku selalu bergantung kepadanya . tapi akhirnya aku sadar aku sendiri yang harus nentuin dan ngejalanin hidup aku , jadi aku mau belajar gitar sampai hebat kayak sepupu aku itu"
Io mengangguk - ngangguk paham dan tidak bertanya lebih lanjut . Dirinya memahami cewek ini , cewek yang cukup terbuka . Io tidak mau banyak bertanya , lebih enak kalau Marsha sendiri yang mengungkapkan tanpa dipaksa kan ?

to be continued .. to part 4 :)

Jumat, Januari 08, 2010

hi MARSHA ! part 2

"bintang ? bintang apa , bintang kejora ?"

"bintang di langit bu .."

"ga bisa naak"

"kenapaaa ?????"

"ga dapet sinyalnya..sudah sudah pelajaran kita cukup sampai disini"

YEAY ! akhirnya pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam berakhir juga ( IPA atau IPTEK sih ? kok ngebahas handphone ya tadi ?)


saat jam istirahat tiba , Marsha , Koni , dan Shamrah pergi ke kantin untuk makan .

"Sham , beliin minum dong males ngantri aku rame gitu" Marsha menyerahkan selembar uang lima ribuan pada Shamrah yang langsung beli minum paporit Marsha dan Koni serta dirinya (mental pembantu)

"thanks Sham.."

"eh tadi aku sempet dengar pembicaraan Bu Until dan seorang murid kelas kita lhoo.." Koni menyedot minuman paporitnya .

"apa Kon ?"

"tu murid nanya , kalo lagi berak baunya bisa menyebar melalui hp ap ga ?"

"huahahahaha terus Si Until jawab apa?" Marsha tertawa terbahak-bahak .

"Si Until bilang ga bs , ntar orang yang di telfon kebauan .. eh tu anak tetep aja ngeyel dia bilang ga apa apa kan seru kalo baunya bisa nyebar .."

"wkakakakkakkaakk terus ? terus ?" Shamrah mulai memukul - mukul meja , kebiasaan buruknya kalo lagi ngetawain sesuatu yang konyol .

"Si Until bingung mau jawab apa terus dia ngeloyor pergi deh .."

Tiga sahabat ini terus tertawa hingga istirahat berakhir dan mereka kembali ke kelas .


saat bel pulang sekolah berbunyi , siswa siswi langsung bersemangat untuk pulang kerumah masing - masing kecuali Marsha , Koni , dan Shamrah . Mereka berencana untuk pergi ke tempat les musik untuk mendaftar . Marsha yang paling bersemangat saat itu karena dia yang paling terobsesi dengan gitar , baik akustik maupun listrik . Sedangkan Koni dan Shamrah berniat untuk mendaftar les keyboard .


"kalian bisa mulai les besok lusa , jadi besok kalian masih harus menyelesaikan biaya administrasi serta membeli keperluan kalian selama les"

"baik Kak !" wajah Marsha berseri - seri begitu menyerahkan formulir pendaftaran yang baru saja selesai diisinya .

"siang Kak!" sapa seorang cowok tinggi kira - kira 170 cm lah , dia membawa tas besar yang sepertinya berisi gitar atau alat musik lainnya , tapi dari bentuk tasnya sih itu gitar .

"siang" Kakak yang sedari tadi mengurus Marsha , Koni , dan Shamrah membalas sapaan cowok itu dengan senyum manis .

"dia .. les sini juga Kak ?" Marsha yang penasaran langsung bertanya pada Si Kakak .

"dulu iya , dia baru aja lulus tahun lalu sekarang dia mengajar anak - anak yang les di sini .. dan sepertinya dia nanti yang akan mengajari kamu gitar"

Marsha tersenyum senang mendengar statement dari Kakak itu .

"lalu yang mengajar kita siapa Kak ?" Shamrah bertanya penasaran .

"mungkin Ibu Etut"

"OK kak , kami pulang dulu ya" pamit Koni diikuti anggukan Shamrah dan anggukan terpaksa Marsha .


"hahahahaha aku tahu kamu naksir cowok yang tadi ya ?" Koni menggoda Marsha saat mereka berjalan pulang .

"hmm .. maybe hehe lumayan kan tuh cowok ? pinter gitar pula"

"tau darimana kamu dia pinter gitar ? kan kamu belum sempat diajar dia , kenalan aja belum Sha.." Shamrah tersenyum melihat ekspresi yang terlukis di wajah Marsha .


Sementara itu di tempat les musik..

"Kak tiga anak tadi mendaftar les di sini ?" Io , cowok yang tadi menarik perhatian Marsha bertanya pada Kak Vani .

"iya , salah satu diantara mereka akan menjadi murid kamu , Io"

"yang mana kak ??"

"namanya Marsha , yang membawa tas ransel kuning tadi"

"bagus bagus .. lalu yang dua lagi ?"

"mereka mendaftar les keyboard.."

"ok deh , besok serahin semua urusan Si Marsha sama aku , besok dia masih harus mengurus administrasinya kan ?"

"iya , semuanya Kakak serahin ke kamu deh .. jangan - jangan kamu suka sama dia ya ?"


to be continued .. to part 3 :)