Terdengar pintu dibanting sesaat setelah Io menepukkan tangannya tanda mereka akan mulai berlatih . Pandangan Marsha dan yang lainnya langsung tertuju pada pintu putih berposter itu .
"biarkanlah ayo kita latihan.." Io langsung mengalihkan perhatian mereka , terutama Marsha yang masih baru disini dan belum mengetahui apa apa .
Beberapa menit kemudian canda tawa mereka kembali terdengar mengiringi permainan gitar mereka , Marsha masih harus banyak belajar untuk menyamai level Angga , Greg , dan terutama Boy yang jauh lebih fasih bermain dibanding Marsha , Angga , dan Greg . Tapi Boy tetap santai dan tidak protes berada di level yang hampir sama dengan yang lain , padahal dengan kemahirannya Boy mungkin bisa berada 2 level di atas Angga , Greg , juga Marsha
.
Setengah jam sudah mereka lewati dengan penuh keceriaan .
"Sha , kamu punya lagu kesukaan ?" Io menatap Marsha penasaran .
"mmh , ada sih .. lagu yang sering dimainkan sepupuku dulu ketika dia masih di Indonesia"
Boy , Greg , dan Angga menatap Marsha dengan penuh tanya . Marsha yang ditatap begitu segera salah tingkah .
"apa judulnya ? apa kamu butuh partitur untuk memainkannya ?" Io mengajukan pertanyaan agar Marsha tidak perlu menjelaskan apa yang dikatakannya tadi . Sepertinya Marsha tidak ingin banyak orang yang tahu tentang sepupunya yang pernah diceritakan pada Io saat mereka pertama kali bertemu .
"ga perlu partiturnya kok , aku sudah hafal lagu yang satu itu . Soalnya aku pernah berguru dengan sepupu yang aku bilang tadi" Marsha tersenyum senang saat Boy menyodorkan gitar ke hadapannya . "coba kamu mainkan , kami mau dengar" Angga dan Greg juga Io mengangguk setuju .
Marsha meraih gitar itu dan mulai memetik senarnya perlahan , dia masih ingat betul bagaimana Shin mengajarinya memainkan lagu ini sampai Marsha tertidur pulas mendengar petikan gitar Shin yang begitu lembut dan indah hingga membuat Marsha terbawa ke alam mimpi , ke alam yang tidak ingin ditinggalkannya saat itu . Ya , Osawa Shin .. aku merindukanmu . Marsha mengakhiri permainan gitarnya dengan cantik dan kembali membuka matanya yang dari tadi terpejam , membayangkan garis wajah Shin dengan jelas .
Io yang pertama kali bertepuk tangan dengan bangga diikuti Greg , Angga , dan Boy .
"keren ! Kiss Me yang berbeda !" Boy masih bengong melihat permainan Marsha tadi yang begitu menghayati .
"terimakasih" Marsha tersenyum samar . Dia kembali teringat wajah Shin yang tidak pernah dilupakannya . Entah bagaimana kabarnya sekarang . Marsha sungguh merindukan kehadiran Shin terutama saat Marsha memetik senar - senar gitar , memainkan lagu yang dulu sering dimainkan Shin untuknya . Hanya saja lagu itu dibawakan dengan sedikit nada yang lebih sedih oleh Marsha tadi .
"kamu ikut kan Sha ?" pertanyaan Boy membuyarkan lamunan Marsha tentang Shin .
"hah ? ikut ? ikut kemana ?" Marsha terlihat bingung saat Boy mengajukan pertanyaan yang tidak dipahaminya .
"kita kan sudah selesai latihan , bagaimana kalau kamu ikut kami ke cafe depan ?" Io menjelaskan maksud pertanyaan Boy tadi .
Marsha menggeleng lemah , "tidak , maaf mungkin lain kali aja"
"hahahaha tidak perlu minta maaf , kalau kamu mau ikut kami kemanapun kami pergi katakan saja" Greg berdiri dan tersenyum pada Marsha yang balas tersenyum dan mengangguk .
"yasudah , kami duluan ya Sha" Boy ikut melangkah keluar bersama Angga dan Greg . Tinggal Marsha dan Io di ruangan itu .
"kamu .. tidak ikut ke cafe ?" Marsha bertanya bingung pada Io yang masih pada posisinya semula .
"ada yang lebih membutuhkan kehadiranku di sini kan ?" senyum Io meluluhkan hati Marsha yang langsung tersenyum mendengar pernyataan Io itu .
"kamu ikut ke cafe aja , bukannya aku mengusir kamu .. aku juga mau keluar kok .. ayo ?"
Io ikut berdiri dan keluar dari ruangan bersama dengan Marsha .
"ngg , Sha kamu .."
"aku mau pulang , kamu ke cafe saja . aku tidak akan kenapa - napa kok"
"tapi sahabat kamu belum selesai , tidak sebaiknya kamu ikut ke cafe untuk menunggu mereka ?"
Marsha mempertimbangkan ajakan Io dan kemudiandia mengangguk . Ketika mereka sampai di cafe , Boy dan kawan kawan terlihat sedang asyik meneguk minuman masing - masing .
"kamu mau pesan apa?"
"ahh .. tidak usah"
"tidak apa - apa , aku yang akan mentraktir kamu"
"sebagai bayaran dari Kiss Me tadi" Io cepat - cepat menambahkan , takut menyinggung perasaan Marsha .
Akhirnya Marsha mengangguk sambil menunjuk hot chocolate pada daftar menu .
"hot chocolate satu, dan capuccino blend satu" Io menyebutkan pesanan dirinya dan Marsha .
"capuccino blend ?" Marsha menatap Io tidak percaya . Io yang bingung mengangguk , "memangnya kenapa ? ada yang anehkah ?"
Marsha tertawa kecil sambil menggeleng , "tidak,hanya..dingin"
Io semakin dibuat bingung oleh jawaban Marsha .
"haha tidak perlu dipikirkan .. itu pesanan kita sudah jadi" Marsha meraih hot chocolatenya dan berjalan ke arah meja yang terdapat teman - teman barunya .
"ikut juga kamu akhirnya" Angga tersenyum saat Marsha dan Io duduk dengan pesanan ditangan masing - masing .
"iya , kedua sahabatku belum selesai les" Marsha mulai menyeruput hot chocolatenya sambil memperhatikan jari telunjuknya yang sedikit terluka . Mungkin terluka saat memainkan Kiss Me tadi.
Tiba - tiba terdengar suara gemericik air dijendela sebelah mereka . Ternyata hujan . Marsha tersenyum memandang hujan melalui jendela disebelahnya .
"its starting sprinkle .." gumam Marsha yang masih terus memandang hujan yang rintik - rintik itu .
Io ikut menatap paham jendela yang kini sudah basah dan berembun . Ternyata ini maksud perkataan Marsha tadi . Ini yang membuat Marsha bingung saat Io memesan capuccino blend yang dingin , sama seperti hujan yang sekarang turun ?
Bukan hujan atau capuccino blend digenggamannya yang membuat Io bingung dan penasaran melainkan Marsha . Bagaimana cewek itu bisa tahu akan terjadi hujan ?
"wah hujan .. padahal tadi matahari terik banget !" Greg yang juga berada disebelah jendela ikut - ikutan menatap hujan yang kini semakin deras .
Marsha tersenyum melihat keheranan Greg . Lagu jazz mengalun pelan dari saku celana Marsha . Marsha mengalihkan pandangannya dari hujan yang dari tadi ditatapnya dengan saksama ke hp yang kini mengalunkan instrumen jazz favoritnya . "halo?" hanya beberapa detik Marsha berbicara ditelepon hingga akhirnya dia mengatakan "OK" dan kembali mengantungkan hpnya ke saku celana .
"sahabatku sudah menunggu di depan , aku pulang dulu ya teman - teman terimaksih untuk hari ini . sampai jumpa besok !" hot chocolate diseruputnya hingga tandas lalu Marsha segera berjalan keluar cafe masih dengan tangan melambai kepada teman - teman barunya .
Koni menjentikkan jarinya saat Marsha berlari - lari kecil ke arah dirinya dan Shamrah .
"maaf . sudah lama menunggu?"
Shamrah menggeleng "kami baru saja keluar , bagaimana latihanmu ?"
"baik dan menyenangkan , kalian ?"
"sama , kau tahu ?" Koni menuturkan cerita berjudul 2 jam bersama Ibu Etut hingga mereka harus berpisah seperti biasa .
"lari Koni ! ahhahahahaha" Marsha dan Shamrah tertawa melihat Koni berlari secepat mungkin sambil berusaha memayungi dirinya dari hujan yang semakin deras dengan tas parasutnya .
Marsha dan Shamrah kembali berjalan sampai tiba saatnya bagi Marsha untuk berlari kerumah menghindari hujan yang semakin menggila , hanya Shamrah yang berjalan dengan tenang karena dialah yang rajin membawa payung dari rumah .
Setelah mandi dan beres - beres Marsha tengkurap diatas kasurnya yang menghadap ke jendela besar dikamarnya yang sekarang sedang mempertontonkan hujan yang berlomba . Rasa tenang dan nyaman menjalari tubuh Marsha yang mulai memejamkan matanya dan membawa serta hujan itu ke dalam imajinasi yang membentuk mimpi .
to be continued .. to part 7 :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar