Rabu, Januari 20, 2010

hi MARSHA ! part 7

Sosok itu membentuk siluet seseorang yang sangat dikenal Marsha seumur hidupnya .

Siapa lagi kalau bukan Shin . Osawa Shin , kapan dia kembali dari negara
kelahirannya , negara sakura ? Marsha tidak pernah tahu hingga dia menatap punggung Shin . Shin sedang duduk membelakanginya sambil memeluk gitar yang dibelinya di Indonesia beberapa tahun silam . Marsha berjalan , semakin dekat dirinya dengan Shin petikan gitar Shin yang memainkan lagu Kiss Me semakin terdengar . Anehnya , Shin tidak melantunkan lagu itu seperti yang biasa dilakukannya dulu . Sekarang posisi Marsha dengan Shin tidak terpaut jauh , jantung Marsha berdegup kencang saat dia mengulurkan tangannya untuk menyentuh pundak lebar milik Shin yang sedikit bergerak karena Shin masih sibuk memetik gitar . Sangat aneh bagi Marsha setelah bertahun - tahun tidak bertemu , bahkan berkomunikasipun tidak pernah dan sekarang dia berada di jarak sedekat itu . Akhirnya tangan Marsha berhasil menyentuh pundak lebar itu , dan Marsha pun terbangun dari tidurnya . Marsha mengerjap - ngerjapkan mata membiasakan matanya dengan keadaan kamar yang gelap , hanya disinari terang bulan purnama . Hujan masih turun dengan lebatnya . Jadi Shin , gitar Shin , pundak yang lebar , serta lagu Kiss Me khas Shin .. semua itu hanya mimpi ?

Marsha membenamkan wajahnya ditengah tengah bantalnya yang empuk , meneteskan air mata yang sedaritadi ditahannya . Marsha sungguh merindukan Shin .. "maaf Shin aku mengingkari janji kita" Marsha kembali terisak , rasanya Marsha tidak ingin membuka matanya lagi . Jika itu dapat membuatnya terus berada di dalam mimpi tadi , bersama seseorang yang disayanginya , Shin ..

Dengan matanya yang sembab , Marsha melihat jendela besar dihadapannya . Menatap hujan yang setia menunggu Marsha hingga bangun dari tidurnya dan menangis . Hujan semakin deras , seakan marah pada Marsha yang menangis . Menangisi hal yang tidak penting .

Shin menoleh dan mendapati Marsha sedang menatap punggungnya , ya punggungnya , bukan dirinya . Perlahan - lahan Marsha mengangkat kepalanya dan tersenyum melihat orang yang ditunggunya selama bertahun tahun kini ada dihadapannya . Suatu hal yang menggembirakan bagi Marsha . Shin menepuk sebelah pahanya dan tersenyum pada Marsha

Marsha mengangguk senang , kebiasaan Shin jika Shin ingin memainkan sebuah lagu untuk Marsha .

"kamu tambah berat , haha" Shin tertawa kecil saat memeluk pinggang Marsha yang duduk dipangkuannya . Lengan Shin melingkari tubuh Marsha , jemarinya meraih senar - senar gitar dan mulai memetiknya . Lagu Kiss Me mengalun lembut dan indah ,pembawaannya lebih ceria dibandingkan Kiss Me yang dimainkan Marsha tadi siang di tempat les musik . Marsha hanyut dalam diam . Diruangan kosong yang hening ini hanya terdengar petikan gitar dan suara serak Shin yang melantunkan lagu Kiss Me , khusus untuk Marsha . Beberapa saat kemudian , seluruh suasana berubah . Petikan gitar tetap terdengar , hanya saja melantunkan lagu yang lain . Suara Shin yang serak kini berganti menjadi beberapa suara cempreng . Ruangan kosong itu juga berubah menjadi .. kamar ?

Ya ampun ! ini sudah pagi ? mata Marsha berakomodasi dengan keadaan sekitar .
"Selamat ulang tahun sayang" Mama mengecup kening Marsha . Dibelakang Mama masih terdengar suara suara cempreng yang menyanyikan lagu Happy Birthday . Mama menggeser tubuhnya dan kini Marsha bisa melihat enam orang yang dikenalnya berdiri sambil menghabiskan lagu Happy Birthday dan meringis lalu mengulurkan sebuah cake bertuliskan 'Happy Birthday Marsha !'

Marsha tersenyum lemah , tapi senang . Dia benar - benar lupa hari ini adalah hari yang penting . Hari ulang tahunnya yang ke - 15 .

"terimakasih teman - teman" Marsha meniup ke - 15 lilin yang berdiri di atas cake coklat yang dipegang Koni dan Shamrah .

Marsha menatap gitar dipelukkan Io yang dipakainya untuk mengiringi lagu Happy Birthday tadi . Gitar itu terlihat masih baru .

Io tersenyum dan menyerahkan gitar itu pada Marsha , "mainkan satu lagu" pintanya . Marsha menurut , dia meraih gitar itu dan mulai memainkan Kiss Me . Kiss Me yang dibencinya , karena dimainkannya dengan nada juga ekspresi sedih . Marsha kembali teringat mimpinya yang berlanjut . Sungguh indah , itukah hadiah ulang tahun Shin untuknya ? Disampaikan lewat mimpi , tapi terasa begitu nyata . Pelukkannya , tawanya , suara seraknya , juga Kiss Me yang berbeda dengan yang sekarang dimainkan Marsha . Semua itu sangat nyata dan masih sangat segar dipikiran Marsha . Tepukkan tangan dari teman - teman dan orangtuanya menyadarkan Marsha dari lamunannya . Marsha tidak sadar dirinya telah menyelesaikan Kiss Me beberapa detik yang lalu .
"itu hadiah dari orangtuamu , Marsha"

Marsha menatap Boy bingung .

"gitar itu , dari kami" Papa maju memeluk dan mengecup kening Marsha .

"aah , terimakasih Pa , Ma .. terimakasih juga kalian datang kesini untuk merayakan ulang tahunku , terimakasih banyak . ah ya , juga cake nya !"

"cake itu hasil patungan kami , hehe" Marsha tertawa kecil melihat Angga yang dengan polos mengatakan hal itu .

"terima kasih banyak ya , aku sayang kalian semua" Marsha menatap orang - orang dihadapannya , dan berhenti pada Io yang tersenyum pada Marsha .

"itu belum semua Sha..ada lagi hadiah untuk kamu" Io menatap langsung ke mata Marsha yang mencari - cari hadiah yang dimaksudkan Io .

"kamu tidak perlu mencari kemana-mana , hadiahmu sudah didepan mata.."
Marsha hanya menatap Io , bingung .

"ya , akulah hadiahmu .. aku sayang sama kamu , lebih dari teman . apa kamu bersedia , menjadi kekasihku ?"

Marsha terpaku mendengar pengakuan Io . Marsha memang kagum , suka sama Io saat melihatnya ditempat les pertama kali . Tapi Marsha tidak yakin apakah dia benar - benar sayang dengan Io atau tidak . Marsha takut perasaannya ini hanya untuk sementara , dia tidak ingin menyakiti Io . Tapi Marsha juga tidak ingin kehilangan Io .. Sungguh egois memang memiliki perasaan ini . Lalu apa yang harus Marsha lakukan ? Menolaknya ? ataukah menerima Io sebagai kekasihnya ?

to be continued .. to part 8 :)

*koni nya ilang kena ia ? mau tahu ia kemaan ?? wait till next part

Tidak ada komentar: