Selasa, Februari 02, 2010

hi MARSHA ! part 9

Marsha memetik gitar barunya . Dia memainkan lagu The Beatles yang dimainkan Io pada malam ulang tahunnya . Marsha tidak berkonsentrasi ketika menatap buku lagunya . Siapa sebenarnya Aileen itu ?

Koni menyapa Marsha yang tumben tumbenan datang telat ke sekolah . Biasanya dia yang paling semangat saat berangkat maupun sudah menginjakkan kaki di sekolah . Hari ini Marsha datang telat dan masuk sesudah jam pelajaran pertama usai .
"Sha , tumben ?" Shamrah meletakkan pulpen dan memutar badannya ke belakang untuk menghadap Marsha .
Marsha tersenyum ,"kesiangan hehe"
Koni geleng - geleng melihat tampang Marsha yang innocent dan kembali mencatat slide shownya Bu Until . Marsha mengeluarkan buku - bukunya serta alat tulis dan bengong begitu melihat apa yang terpampang di slide show itu . Judulnya sih Sistem Koordinasi , tapi isinya kok ada satelit ya ? Jangan - jangan ini lanjutan ceramah Si Until saat awal tahun ajaran baru . Marsha dengan ragu mengangkat sebelah tangannya yang langsung ditanggapi oleh Bu Until , "ya , Marsha , kamu perlu penjelasan ? Makanya lain kali jangan telat"
Marsha memasang wajah masam mendengar komentar pedas yang di utarakan Bu Until .
"saya cuma bingung kenapa SISTEM KOORDINASI isinya SATELIT . kalau tidak ada kata satelit saya tidak akan membutuhkan penjelasan Ibu tentang slide ini" ucap Marsha ketus , membalas sindiran Bu Until tadi . Mata Ibu Until membulat memandang Marsha ganas .
Tapi , selama hampir setengah jam tidak sepatah katapun keluar dari mulut Ibu Until . Hanya saja matanya masih membulat menahan amarah . Marsha dengan cuek mencatat slide yang tidak jelas itu diiringi tawa kecil Koni yang geli melihat tingkah laku guru abnormal mereka . Baru saja akan terjadi hujan lokal , bel tanda istirahat berbunyi dan Marsha langsung melesat keluar bersama Shamrah dan Koni sebelum kena semprot Bu Until .
"hahahha gila kamu , Sha ! berani melawan Bu Until yang , yah .. kamu tahu sendiri seperti apa"
"biarin . orang lagi bad mood aku"
Shamrah geleng - geleng melihat wajah kusut Marsha yang menahan tawa .
"tertawa , tertawa sajalah . jangan kamu tahan , jadi penyakit nanti" Shamrah tertawa melihat Marsha yang langsung menyembur tawa setelah Koni berkata demikian .

Pelajaran sejarah kosong . Entah pergi kemana guru sejarah yang ramah dan sangat sabar itu .
Baru saja Shamrah berniat untuk tidur , Marsha menepuk pundaknya dan Koni .
"ada apa ?" Koni dan Shamrah berteriak bersamaan .
"aku .. lagi penasaran"
"penasaran apa ?" kantuk Shamrah hilang bergantikan rasa penasaran atas pernyataan Marsha .
"kalian pernah lihat murid - murid lain di sanggar ?"
Koni dan Shamrah saling pandang dan mengangguk .
"ada Christa yang pernah les keyboard bersama kami , ada Christian , kakak Christa yang juga les keyboard . hanya saja Tian berada di level yang lebih tinggi dari kami" papar Koni .
"ada juga salah seorang murid perempuan yang sepertinya les gitar , tapi jam lesnya berbeda denganmu"
Marsha menatap Shamrah penuh minat . Apakah Aileen yang dimaksudkannya ?
"engg , kalau tidak salah namanya A..Al.. siapa ya?"
Marsha masih menatap Shamrah dengan tatapan yang sama seperti sebelumnya .
"Alyssa ! ya Alyssa . ada apa sih ?"
Tatapan excited Marsha berubah lemas dan menggeleng . Apa benar tidak ada seorang pun di antara mereka yang pernah melihat atau mengenal Aileen ?
"atau sebaiknya kutanya Io saja ?" Marsha menunggu tanggapan kedua sahabatnya .
"coba saja , dia pasti lebih banyak tahu dibandingkan kita" Koni mengangguk - ngangguk .

Pulang sekolah . Hari ini Marsha tidak ada jadwal les gitar . Tetapi Shamrah dan Koni memiliki jadwal les keyboard pukul 3 sore . Satu jam lagi .
"Koni , Shamrah .. bagaimana kalau hari ini aku ikut kalian ke sanggar ?" Marsha membereskan tasnya dan keluar kelas bersama Shamrah dan Koni .
"baiklah . pasti kamu punya maksud tertentu" ucap Koni tak acuh .
Marsha hanya tersenyum dan melanjutkan perjalanan mereka ke rumah . Sepanjang perjalanan pulang , Koni dan Shamrah berkicau tiada henti sedangkan Marsha hanya diam seribu bahasa .
Akhirnya , Marsha melambaikan tangan kepada Shamrah yang sudah membuka pagar rumahnya .

Marsha selesai mandi tepat pukul tiga sore . Shamrah sudah sibuk memanggil - manggil namanya dan mendobrak pintu kamar Marsha yang tidak terkunci .
"sabar kenapa , Sham ?" Marsha mengusap rambutnya yang masih basah dengan handuk .
"sabar , sabar .. ini sudah jam tiga tepat . aku akan telat kalau begini , ayo cepat !" Shamrah menyambar tangan Marsha yang langsung melempar handuk sembarangan dan meraih sisir kecil di atas ranjang .
Sepanjang perjalanan menuju sanggar dihabiskan dengan berkaca dan menyisir rambut oleh Marsha . Kegiatan tersebut baru berhenti ketika Shamrah memukul lengan kanan Marsha yang sedang merapikan poni .
"aku masuk dulu ya" Shamrah berlari kecil ke dalam sanggar bersama Koni . Baru Marsha hendak melangkahkan kakinya juga ke dalam sanggar , langkahnya terhenti dan matanya terpaku pada pemandangan yang ada dihadapannya .
Di dalam Kafe Sanggar - begitu Marsha dan teman teman gitar menyebutnya - terlihat Io yang sedang duduk membelakangi Marsha yang berada di luar kafe . Di hadapan Io terdapat seorang cewe yang sepertinya Marsha kenal . Aileen . Aileen terlihat memohon pada Io , entah apa yang mereka bicarakan tapi itulah ekspresi yang ditampakkan oleh wajah Aileen . Ekspresi memohon pada Io . Beberapa detik kemudian , Io mengangguk dan mengubah ekspresi Aileen yang memohon menjadi begitu ceria . Aileen melompat untuk memeluk Io . Marsha sempat tercekat melihat adegan itu . Tapi Io menahan Aileen dan mendorong Aileen menjauh . Senyum lega Marsha terbentuk menghiasi wajahnya yang basah oleh tetesan air . Marsha mendongak , menatap awan gelap yang mulai menurunkan hujan . Telapak tangan Marsha menengadah , menampung air hujan . Segera Marsha berlari ke dalam sanggar dan menaiki tangga satu persatu hingga lantai teratas . Tempat persembunyiannya selama ini . Balkon teduh yang cukup luas menjadi tempat favorit Marsha di sanggar . Balkon itu terdapat di lantai teratas gedung sanggar yang biasa digunakan hanya untuk event - event penting seperti ulang tahun sanggar atau yang lainnya .
Kaki Marsha membawa dirinya ke balkon itu dan menopangkan lengannya di atas pagar besi pendek bercat senada dengan ruangan tersebut . Hujan yang terus turun menyita perhatian Marsha selama 15 menit . Selama 15 menit itulah bayangan Shin menemaninya . Mata Marsha kembali terbuka saat sepasang lengan panjang merengkuh pundaknya . Kepala Marsha mendongak dan mendapati senyum Io yang hangat .
"ada apa kamu ke sini ?"
"tidak ada kerjaan di rumah . tidak boleh ya aku ke sini ?" nada Marsha dibuat manja dan sedikit kecewa .
"tentu boleh , sayaang .. aku kira kamu merindukanku"
"huuu , GR .. aku tidak merindukanmu tuh"
"ooh , baiklah . aku juga tidak akan merindukanmu" ucap Io tanpa melepaskan lengannya dari tubuh Marsha .
Setelah itu hening , baik Marsha maupun Io tidak ada yang mengeluarkan sepatah katapun . Io tersenyum melihat perubahan sikap pacarnya kemudian mencium rambut Marsha yang wangi sehabis keramas ," tapi aku sangat merindukanmu"
Marsha tersenyum dan menepuk lengan Io perlahan " nakal"
Io tertawa dan mengeratkan pelukannya ke tubuh Marsha . "jadi kamu serius tidak merindukanku ya?"
Marsha tertawa kecil dan berkata ,"tentu saja aku merindukanmu .. tapi rinduku itu lebih dari sebuah kata rindu"
"huh , gombal"
"biarin"
Marsha dan Io menikmati hujan yang berhenti setengah jam kemudian . Marsha memutar tubuhnya menghadap Io yang kini menatapnya .
"turun yuk ?"
Io mengangguk tetapi tidak melepaskan pelukannya . Wajah Io menunduk mendekati wajah Marsha kemudian menempelkan bibirnya pada bibir mungil Marsha .

"kamu .. kenal Aileen ?" Marsha mengajukan pertanyaan kepada Io setelah mereka sampai di lantai dasar sanggar .
Io mengangguk ,"kenapa?"
Marsha menggeleng dan menarik tangan Io keluar sanggar , di kafe lebih baik . Ketika mereka sudah duduk dengan nyaman di sofa Kafe Sanggar , Marsha melanjutkan pertanyaanya tadi .
"sejak kapan kamu kenal dia ?"
"setahun yang lalu . dia juga murid aku , dia masuk bersamaan dengan Boy dan Greg . Sedangkan Angga masuk beberapa bulan setelah mereka bertiga masuk . tetapi setelah setahun Aileen les bersama kami , entah mengapa dia menarik diri dan lebih senang menyendiri di ruangan yang ada di seberang ruangan tempat kita berlatih"
Marsha berhenti menyedot Mocha Blend nya dan menatap Io tidak percaya . "maksud kamu ruangan berpintu putih dengan poster The Beatles terpampang di depannya?"
Io mengangguk pasti , membuat Marsha kembali melanjutkan pertanyaannya . "jadi , Aileen yang memainkan yesterday saat pertama kali aku masuk sanggar ini ?"
Io tersenyum , "kamu mendengar permainan gitarnya ? lagu yesterday adalah lagu yang aku mainkan untuk mereka yang pertama kali masuk ke sanggar ini setahun lalu"
Marsha mengangguk - ngangguk dan meneruskan mocha blend nya . Marsha dan Io asik berbincang selama 20 menit ke depan . Mocha blend Marsha habis tepat saat Koni dan Shamrah memasuki kafe tersebut . Shamrah mengangguk pada Marsha , mengisyaratkan mereka akan pulang . Marsha membalas anggukan itu dan menatap Io yang tersenyum di hadapannya . "pulanglah , jangan lupa untuk makan malam" Io mengacak rambut Marsha dan mengecup keningnya . Marsha melambaikan tangan kepada Io yang menatap Marsha sedih . 'Maaf sayang , ada sesuatu yang tidak bisa kuutarakan padamu perihal Aileen' . Io bangkit berdiri menuju motornya yang melaju cepat di jalan raya Jakarta .

to be continued .. to part 10 *niktaa:)

Tidak ada komentar: